Hi there,,
This is my fast love story ever!
Well, after breaking-up with someone, i’m kinda having a mentally breakdown for a while, hahaha. The situation is not easy for me back then, it was a hard year ever!! I’m had a problem to move on and I made a stupid move by keeping my self close to my ex in many ways. Eniwey, after struggle so hard, I manage my self to finally move on and get in love again with someone that surprise me a lot. He was my college friend that I known since I was young. I never thougt, this could be happen, fiiiiiuuuuh!!
God give me a surprise ending, he send me this restless, stubborn, but sweet-heart person called “si mata coklat”. Buat yang bertanya2, how we could end up being a lover, I will give you a full story.
here the stories goes…
Tahun 2014 yang lalu gw berencana ke gunung Rinjani dan gw membutuhkan tas gunung. Keinget deh, kalo gw pernah punya temen satu angkatan yang merupakan anak pecinta alam, gw yakin seribu yakin dia pasti punya tas gunung. Berhubung gw gak pernah deket sama nih cowok meskipun satu angkatan, so I don’t have him phone number. Then, one day, ada acara arisan angkatan di salah satu mall di Jakarta. Berhubung itu mall, lumayan deket lokasinya sama kantor gw, jadilah gw dateng duluan. Then, gw liat nih “si mata cipit”yang baru masuk Mall dengan muka lurus ke depan. Gw panggil2 sampe jerit-jerit, dia gak denger. Oke fix, dia agak budek. Atau mungkin gw yang kelewat pendek, jadi dia gak liat, sedih hati Neneng. Akhirnya gw dan dia terjebak berdua karena yang lain blom juga nonggol. Kita putuskan buat makan duluan sambil ngobrol2 berdua. Ngomongin kerjaan masing2, sampe masalah percintaan. But nothing too deep.
Two Month after that, kita terlibat obrolan singkat lagi lewat wasap, yang kemudian menghasilkan janji ketemu untuk pergi ke situs gunung padang Cianjur. Gw yang emang hobi jalan jalan, sedangkan dia hobi touring, menemukan titik temu. Then we plan a travel journey. Sorenya, dia jemput gw, dengan motor kesayangan yang dia kasih nama “Johny”. Agak bete, karena si “mata cipit” mewanti gw berkali-kali buat jangan bawa barang kebanyakan. Dia pikir gw perempuan pada umumnya, yang kalo traveling kelewat heboh bawa make up kali ya. Grrrrrr!!! Dia gak tau kalo gw adalah perempuan yang males mandi, males dandan, gak punya make up, kalo ngomong ngasal, dan perempuan yang udah pernah ke puncak gunung Rinjani dan semeru, lalu kemudian terjebak badai di atas ketinggian. Gw merasa tersinggung, karena telah di cap sebagai cewek yang gak bisa diajak jalan ala backpacker. Doh!! He just don’t know me at all. Intinya, gw emang agak sensi kalo ada orang yang gak bisa melihat sisi maskulinitas gw. I only had small part of being “feminim” and bigger part of being “masculine”.
Perjalanan dengan motor dari ke situs gunung padang, Cianjur, terasa menyenangkan. Bahkan kita mampir dulu di kota yang selalu membuat gw rindu, yaitu Jatinangor. The journey was fun, but there is no feeling at all. Perjalanan ini lebih kepada journey with friendship, kita mulai terlibat obrolan yang lebih “deep” terutama soal kehidupan dan permantanan.
Setelah dari perjalanan ke situs gunung padang, gw dan “mata cipit” mulai sering ketemu. Kita habiskan waktu dengan nonton, hunting makanan, sampe belanja baju bekas. Gw mulai akrab dengan dudukan si motor bernama Johny, yang gak pernah bosen menemani kita menerobos kemacetan jakarta. But, as you know, there is no feeling yet. We just killing time together, pure as a friend. Gw masih terjebak di masa lalu, demikian juga dia. Kita berdua, belum punya banyak energi buat cinta yang baru
Until One day……..——————————
Until one day, I can see his “Thunder”
Sampai suatu ketika, gw melihat kilatan cahaya yang dari mata-nya yang kecoklatan. Melihat cahaya ini, bikin gw ketagihan. Kilatan cahaya punya dia, efeknya dramatis. Terang-benderang. Gw jelaskan, setiap orang pada umumnya punya semacam kilatan cahaya alias “Thunder” yang akan terpancar kuat kalo orang ini lagi luar biasa senang. Dia yang kmaren-kmaren itu menjalani hari biasa saja, hanya untuk kerja dan makan, tanpa tujuan hidup. Terlihat luar biasa senang, pada saat kita berada di Gambir jam 20.00 dan kemudian berencana traveling naik kereta dadakan, tanpa rencana, tanpa pakaian ganti, dan tanpa banyak berfikir. He was so happy back then. Dia seneng banget. Kilatan cahayanya menguat. Efek menyenangkan pada saat manusia keluar dari zona aman, untuk kemudian merangkul spontanitas, memang memberikan sensasi “merasa hidup” kepada siapa pun.
Semenjak itu, bareng dia, gw mulai melakukan banyak perjalanan spontanitas. Dari mulai ke Dieng, Yogya, Purwakarta, Bogor,and Cianjur. Then we start to getting know with each others while traveling. Inside the train, buss, or while we riding with his favorite motorcycle ‘Johny’…
Ummm…The rest was history, We get married 16 August 2015 🙂
He was My Final Destination